Posted by : Unknown Thursday, 26 September 2013

Menurut Prof. Dr. Zulies Ikawati, Apt saat ini swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Menurut WHO, swamedikasi adalah suatu solusi mudah, murah dan cepat untuk mengatasi keluhan yang bersifat ringan seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, cacingan, diare, penyakit kulit dan lain sebagainya. Obat yang diperbolehkan dalam proses swamedikasi juga hanya terbatas pada obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek (ada beberapa obat keras), vitamin dan suplemen selain dalam daftar tersebut disarankan masyarakat tidak membeli atau bahkan menggunakannya karena diperlukan pengetahuan dan keahlian khusus seperti Apoteker dan dokter.

Swamedikasi akan meringankan beban pelayanan kesehatan karena keterbatasan sumber daya. Tetapi, pada pelaksanaannya swamedikasi justru dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan cara penggunaannya. Masyarakat cenderung hanya tahu merk dagang obat tanpa mengetahui persis efek terapinya.
Apa peran Apoteker ?
Pelaksanaan Pharmaceutical care di komunitas berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan memantau pengobatan penyakit ringan dan menyarankan pasien ke dokter apabila pasien memerlukan penanganan lebih lanjut. Disinilah peran profesi Apoteker yaitu memberikan informasi terkait pengobatan kepada pasien.  Informasi yang perlu disampaikan adalah :
  1. Khasiat Obat : Apoteker menerangkan dengan jelas khasiat obat disesuaikan dengan indikasi atau gangguan kesehatan yang dialami.
  2. Kontraindikasi : pasien perlu diberitahu obat yang diberikan kontrainikasi dengan apa saja, dan tidak menggunakannya jika memiliki kontraindikasi tersebut.
  3. Efek samping dan cara mengatasinya : pasien perlu diberi tahu efek samping yang paling sering terjadi, serta apa yang harus dilakukan jika efek samping tersebut terasa parah.
  4. Cara pemakaian : cara pemakaian harus disampaikan dengan jelas dan meminta pasien mengulangnya untuk menghindari salah pemakaian seperi ditelan, dihirup, dioleskan, dimasukan dalam dubur, atau dengan cara lain.
  5. Waktu pemakaian : diinformasikan dengan jelas kepada pasien, sebelum, sesaat atau pada saat makan dan berikan informasi waktu yang paling tepat untuk meminum obat yang diberikan.
  6. Lama penggunaan : informasi yang diberikan adalah berapa lama obat dapat diminum. Dihabiskan atau tidak.
  7. Pantangan : mungkin hal ini sama seperti pada penjelasan kontraindikasi hanya saja informasi ini lebih terkait pada apa saja yang tidak boleh diminum/dimakan pada saat pasien sudah meminum obat.
  8. Hal-hal yang perlu dilakukan jika lupa meminum obat dan cara penyimpanannya
Cara pemilihan obat untuk swamedikasi menurut Prof. Dr. Zulies Ikawati, Apt
  1. Sesuaikan dengan gejala dan keluhan penyakit
  2. Memperhatikan kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes, hipertensi dan penyakit kronis lainnya
  3. Pertimbangkan pengalaman alergi pada obat tertentu
  4. Memperhatikan nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping, dan interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur.
Swamedikasi Penyakit Pernapasan
Menurut Prof. Dr. Zulies Ikawati, Apt ada beberapa penyakit pernapasan yang dapat dilakuka swamedikasi oleh Apoteker yaitu : Batuk, Rhinitis Alergi, Common Cold/salesma, Asma (sebagian obat). Walaupun begitu ada beberapa perhatian khusus terkait dengan swamedikasi penyakit pernapasan yaitu :
  1. Batuk sudah berlangsung selama 8 minggu maka diperlukan pemeriksaan yang lebih kompleks lagi. Pada kondisi ini sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter umum atau dokter spesialis THT untuk memastikan penyebab dan cara penanganannya.
  2. Swamedikasi untuk asma umumnya hanya berisi teofilin dan efedrine. Teofilin memiliki index terapi sempit, berinteraksi dengan makanan/minuman yang mengandung kafein dan berinteraksi dengan cukup banyak obat. Efedrine juga memiliki efek samping yang hampir sama dengan teofilin serta meningkatkan resiko hipertensi. Tenang,.. semua zat yang berefek obat pasti memiliki efek samping walaupun sudah digunakan sesuai dengan aturan tetapi efek positif obat akan selalu lebih besar daripada efek negatifnya sehingga dinyatakan aman oleh Badan pengawas Obat dan Makanan di Indonesia atau Food and Drug Administration di Amerika. Lihat coretan ini Efek Samping Obat dan Cara Penanganannya.
Materi lain dalam seminar adalah swamedikasi penyakit saluran pencernaan oleh Prof. Agung Endro Nugroho, M.Si., PhD., Apt. Beliau mengkategorikan swamedikasi yang dapat dilakukan oleh sendiri atau oleh Apoteker adalah pada penyakit Diare dan Maag (Tukak Peptik) walaupun tidak terbatas pada penyakit itu saja, tetapi yang dijelaskan pada kesempatan seminar ini adalah penyakit Diare dan Maag.
Swamedikasi Diare
Dalam presentasinya beliau mengatakan kunci utama terapi diare adalah rehidrasi pasien setelahnya baru mengatasi gangguan penyerta seperti demam dan badan lemas.  Obat-obatan yang bisa digunakan sebagai swamedikasi diare yaitu Attapulgit, ekstrak Psidii Folium yang terdapat pada produk fitofarmaka indonesia “Nodiar” ada juga produk Obat Herbal Terstandar “Diapet” dengan kandungan Ekstrak Psidii Folium, Ekstrak Curcumae, Domesticate Rhizome, dll. Masih ingat istilah Fitofarmaka dan Obat HerbalTerstandar kan.. Suplemen Zinc juga direkomendasikan oleh WHO untuk mengatasi diare pada anak. Pemberian obat-obatan yang lebih lengkap lagi diperlukan, jika diare lebih dari 10 kali/hari disertai demam. Obat-obatan tersebut adalah :
  1. Antimotilitas (mengurangi gerak peristaltik usus) : Enkefalis, Loperamid, Difenoksilat, Difenoksin
  2. Absorben (mengabsorpsi nutrisi, racun, bakteri dan cairan pada saluran pencernaan) : pektin, kaolin, Polikarbofil, Attapulgit
  3. Antisekresi : Bismuth subsalisilate, Ocreotide
  4. Antibiotik : Metronidazole
Masyarakat diharapkan dapat lebih bijak dalam menyikapi swamedikasi karena masih banyak kasus ditemukan bahwa masyarakat keliru memahami swamedikasi. Contoh kecil adalah pasien datang ke apotek dan meminta Antibiotik Amoxicillin, saat ditanyakan oleh Apoteker penyakitnya apa si pasien menjawab sakit gigi. Dari informasi ini Apoteker menggali lebih dalam lagi mengapa si pasien meminta Amoxicillin. Ternyata informasi tersebut didapatkan dari teman dan tetangga yang tidak memiliki keilmuan Apoteker/dokter dan hanya berdasarkan perasaan saja setelah minum obat tersebut sakit giginya sembuh. Kasus seperti ini yang sangat memprihatinkan dan membuat kecepatan resistensi bakteri semakin cepat. Memang dampaknya tidak langsung tetapi kecepatan penemuan Antibiotik baru dengan kecepatan resistensi bakteri tidak sebanding, Alias lebih cepat bakteri mengalami resistensi.
Jika gejala penyakit dirasakan berat oleh pasien sebaiknya konsultasikan dahulu dengan Apoteker dan/atau dokter agar terhindar dari kesalahan swamedikasi seperti kasus diatas. Hal ini  menjadikan peran Apoteker sangatlah penting dalam proses Konsultasi Apoteker terkait obat untuk masyarakat dan para pekerja kesehatan yang memerlukan informasi obat.

Aji Wibowo.S.Farm.,Apt
Semoga Bermanfaat Wallahu a’lam bishshawab
Sumber : Seminar Nasional Kefarmasian Pembicara Prof. Dr. Zullies Ikawati,Apt & Prof. Agung Endro Nugroho,M.Si.,PhD.,Apt

Swamedikasi oleh Apoteker http://farmatika.blogspot.com/2013/01/swamedikasi-oleh-apoteker.html#ixzz2fyq6g0Na

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

Blogger templates

Total Tayangan Laman

Powered by Blogger.

Tombol Atas

Dialog perhatian

Tombol Atas

Search This Blog

- Copyright © Aldi Bachtiar Prasetya -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -